PERLAWANAN MATARAM TERHADAP KOMPENI BELANDA PADA MASA SULTAN AGUNG PART 2


Prajuritan Kraton Yogya awal abad ke-20 MMerinding berdiri bulu kuduk saya bila membaca kisah riwayat pertempuran tentara Mataram saat menyerbu benteng Kompeni Belanda di Batavia pada tahun 1628 dan 1629. Mata sembab berkaca-kaca, dan lebih dari itu yang terasa adalah hati yang ngilu, nyeri, pedih, perih merasakan kegagalan. Menyesali dari kegagalan para leluhur yang yang serasa ini adalah fatal karena akan berdampak bagi berabad-abad sesudahnya. Seakan ini adalah perlawanan terbesar yang mampu dikerahkan oleh leluhur kita pada masa itu, namun terpaksa harus gagal karena kurangnya persiapan, perhitungan dan kerjasama yang lebih menyeluruh.

Bayangkanlah teriakan-teriakan aba-aba dari Tumenggung Baureksa di akhir tahun 1628 saat harus memimpin anak buahnya bertempur satu lawan satu melawan tentara Kompeni di sela-sela rimbun pohon hutan di luar Batavia. Prajurit-prajurit Mataram bagaikan melolong-lolong, melengking pekik mereka ingin merampungkan tugas mulia yang dibebankan oleh Sang Raja untuk mengenyahkan bangsa asing yang ingin menjajah ini. Sampai dengan keluh tertahan tubuh mereka ambruk satu per satu karena jantung tertembus timah panas atau dada terbelah sangkur. Air Sungai Marunda pun berubah merah teraliri darah putra-putra pertiwi dari Mataram.
Apakah bayangan tentang kekalahan itu tak pernah muncul sebelumnya di benak para prajurit Mataram ini? Mereka harus pulang. Mereka yang masih selamat, yang nyawanya belum terpisah dari raga, dalam kondisi letih, mungkin juga bingung bercampur malu terpaksa harus pulang menghadap Sang Raja-nya. Entah apa yang akan mereka dapat nanti. Kyai Dipati Mandurareja dan Tumenggung Upasanta tepekur tak mampu menengadahkan wajahnya. Menunggu keputusan Sang Raja.
Ketika rembulan berdarah terbit
Angin yang meniup dari buritan dan membawa pulang ke Mataram adalah angin kematian
Mati di pertempuran atau mati di alun-alun adalah tidak akan ada beda lagi
Segala keletihan dan kepedihan adalah sudah diniati karena keyakinan
Raungan perwira nan ksatria adalah juga lolongan pedihnya
Duri kekuasaan asing yang menancap di ulu hati tidak tercabut juga
Serasa membelah perut sendiri pun akan dilakukan
Derasnya keringat yang mengalir hari-hari kemarin, lalu cucuran darah, segera akan tersusul dengan cucuran air mata
Hening yang mencekam, bukan lagi terpikir nyawa sendiri, tercenung anak cucu nanti
Sunyi sepi mencekam, menunggu keputusan sakral
Harga diri Mataram
Tibalah saat Sang Raja mengadili, tak kuasa menolaknya. Mereka ksatria, tak berlepas diri dari tanggung jawab akan sebuah kegagalan. Hanya bisik titip untuk masa depan anak istri. Ini kegagalan yang bersejarah. Rintih tertahan saat dada sobek tertombak hukuman Raja.“Kami adalah orang yang gagal”.
Mataram gagal! Dan sejak itu, tidak ada lagi perlawanan gagah dari satu kekuasaan resmi pribumi yang mampu menyerang Kompeni dengan demikian frontal-nya.
Mataram gagal! Abad-abad berikutnya hanyalah abad yang penuh dengan hina-dina. Mempermalukan anak-cucu sampai tujuh belas turunan.

Penyerbuan Mataram ke Batavia pada Tahun 1629 M
Meskipun Mataram tidak berhasil merebut benteng Batavia dan menundukkan Kompeni pada tahun 1628, mereka tidak begitu saja menyerah. Tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1629 tentara Mataram berangkat lagi menuju Batavia dengan perlengkapan senjata-api. Keberangkatan mereka dari ibukota Mataram adalah pada bulan Juni. Pada akhir bulan Agustus 1629 penjaga-penjaga Kompeni yang ditempatkan beberapa kilometer di sungai Ciliwung telah melihat barisan depan. Sebagian pasukan Mataram mencoba mengusir ternak Kompeni akan tetapi hal itu dapat dicegah oleh Kompeni.
Pada tanggal 31 Agustus 1629 hampir keseluruhan pasukan tiba di daerah sekitar Batavia. Mereka datang berkuda membawa bendera, panji-panji dan mereka juga membawa gajah. Cara yang dipakai Mataram untuk membawa beras ke sekitar Batavia sebagai bekal bagi prajurit-prajurit adalah pengiriman seorang utusan yang bernama Warga, untuk (pura-pura?-peng.) minta maaf kepada Kompeni mengenai hal yang telah terjadi. Kompeni menerima warga dengan baik. Sementara itu orang-orang Mataram mengumpulkan padi di Tegal. Padi itu akan ditumbuk di Tegal untuk diperdagangkan ke Batavia. Siasat ini kemudian dibocorkan oleh seorang anak buah dari salah satu perahu warga, sehingga ketika Warga tiba di Batavia untuk kedua kalinya ia ditangkap dan ditanyai tentang kebenaran berita, bahwa Mataram hendak menyerang Batavia lagi. Hal ini dibenarkan oleh Warga dan rahasia bahwa Tegal menjadi gudang persediaan beras bagi tentara Mataram pun terbuka. Setelah mendapat keterangan ini Kompeni mengirimkan armadanya ke Tegal, di mana perahu-perahu Mataram, rumah-rumah dan gudang-gudang beras bagi tentara Mataram dibakar habis, setelah Tegal mendapat perusakan, Kompeni mengarahkan perhatiannya terhadap Cirebon. Kota ini juga mendapat gilirannya. Persediaan padi di sini pun habis dibakar oleh VOC. Akibat dari dimusnahkannya gudang beras Mataram, usaha pengepungan Batavia tidak berlangsung lama. Meskipun demikian mereka toh mendekati benteng Hollandia dengan mengadakan pendekatan melalui parit-parit. Benteng Hollandia dapat mereka rusakkan. Setelah berhasil, mereka menuju benteng Bommel, akan tetapi di sini mereka gagal.
Pada hari-hari berikutnya Mataram maju ke Benteng dan pada tanggal 21 September 169 tembakan mulai terhadap benteng VOC. Mereka membiarkan menembak benteng hingga persediaan mesiu habis. Sementara tembakan-tembakan dilancarkan terhadap benteng Belanda, Jan Pieterszoon Coen mendadak meninggal diserang suatu penyakit.
Dari beberapa tawanan diketahui bahwa pasukan Mataram menderita kelaparan, dan hal ini memang menyebabkan kelemahan mereka. Setelah berusaha untuk menyerang selama kurang lebih 10 hari pada akhir bulan September 1629 mereka mulai menarik diri sambil banyak meninggalkan korban.


Antara Tahun 1630-1645
Setelah gagal menduduki Batavia, perundingan antara Mataram dan VOC dibuka kembali pada tahun 1630, akan tetapi utusan-utusan yang dikirim Kompeni tidak memenuhi syarat Mataram. Desas-desus bahwa Mataram akan melancarkan suatu serangan lagi terhadap Batavia terdengar oleh Kompeni. Dengan cepat mereka mengirim armada terdiri dari 8 buah kapal, awaknya berjumlah 693 orang. Mereka mendapat perintah untuk memusnahkan semua perahu-perahu Mataram dan memusnahkan gudang-gudang perbekalan sepanjang pantai utara Jawa. Pelayaran ke Timur tidak begitu berhasil. Tetapi sementara itu hubungan dengan Mataram diusahakan.
Mataram antara tahun 1630-1634 sering mengadakan penyerbuan terhadap kapal-kapal Kompeni. Armada diperkuat dengan pembuatan perahu baru di Jepara. Dengan perahu-perahu ini mereka membuat perairan antara Banten dan Batavia tidak aman. Mereka sangat berhasil membuat Kompeni pusing dengan serangan-serangan kecil-kecilan yang dilancarkan Mataram terhadap kapal-kapal Kompeni setelah perang tahun 1629 M.
Mataram terus menerus mencari bantuan dari Malaka yang ada di bawah kekuasaan Portugis. Harapan akan bantuan ini kemudian hilang, karena pada tahun 1641 VOC menguasai Malaka dan orang-orang Portugis kehilangan tempat berpijak di kepulauan Nusantara.
Pemerintahan Mataram tahun 1641 mengadakan perpindahan penduduk dari Jawa Tengah ke Jawa Barat di daerah Sumedang yang ternyata sangat mengkhawatirkan VOC. Sebenarnya perpindahan ini adalah sebagai persiapan terhadap penyerangan terhadap Banten yang tidak mau tunduk kepada Mataram.
Hubungan antara Kompeni dan Mataram setelah tahun 1642, tidak begitu baik, karena tawanan-tawanan Belanda tidak dilepaskan oleh Mataram. Oleh sebab itu Kompeni selalu mencari jalan untuk mencoba memaksa Mataram untuk mengembalikan orang-orang Belanda itu.
Keadaan menjadi tegang ketika Inggris menawarkan membawa seorang utusan Mataram ke Mekah, yang sebenarnya suatu kemungkinan bagi Belanda, untuk melepaskan tawanannya bilamana Sultan meminta kapal Belanda untuk membawa utusan ini. Oleh sebab itu kapal Inggris yang membawa utusan ini dicegat, utusan Mataram dan hadiah untuk ke Mekah ditahan oleh VOC dan dibawa ke Batavia.
Peristiwa lain adalah ketika VOC merasa bahwa Jambi dan Palembang mengancam keamanan VOC, maka VOC mencegat suatu armada Mataram yang terjadi dari 80 perahu yang sedang menghantar kembali raja Palembang.

KLIK DI SINI UNTUK MELIHAT POSTING SEBELUM INI ! (Perlawanan tahun 1628 M)




TOLONGG ..TINGGALKAN KOMENTAR :

KALAU POST INI BAGUS/BERMANFAAT :
 ATAU  ATAU 
KALAU JELEK :
ATAU  ATAU 

Terima Kasih... Cool

Do you want to share?

Do you like this article?



Artikel Terkait:

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58

Posting Komentar

Saya tidak online 24 Jam dan hanya sendiri mengurus blog ini, mohon maaf bila komentar anda tidak di balas.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dalam memberikan komentar.
Komentar SPAM, SARA dan sejenisnya tidak akan di tampilkan.

  • description
  • description
  • .
  • description
  • description
  • description
  • description
  • description
  • description
  • description
  • description
  • description
  • description
  • description
  • description
  • description
  • description
  • description
  • description

Video Gallery

SMS Online Gratis

  • Cheat Game Facebook
    klik disini Untuk mempelajari Cheat Game Facebook
  • Mempelajari Miccrosoft
    klik disini Untuk mempelajari Miccrosoft
  • Pengetahuan & Sejarah
    klik disini Untuk mengetahui Pengetahuan-pengetahuan dan Sejarah-sejarah
  •